Islamedia - “Islam mampu mengakhiri masa jahiliyah dengan membuka pintu ilmu pengetahuan dan membangun tradisi ilmu yang bersumber dari ajaran agama. Dengan cara itulah harkat dan martabat umat Islam kemudian terangkat dan bangkit menjadi tulang punggung peradaban dunia.”
Demikian disinggung Akmal Sjafril di dalam pembahasan materi “The Golden Age of Islam” pada perkuliahan ke-19 Sekolah Pemikiran Islam (SPI) Jakarta pada hari Rabu malam (11/10).
Dalam acara yang bertempat di Aula INSISTS Kalibata ini, Akmal mengawali dengan bantahan terhadap pernyataan bahwa peradaban Islam adalah sumber keterbelakangan.
“Ada yang mengatakan bahwa Islam itu adalah agama yang mengakibatkan keterbelakangan, padahal peradaban ini telah hidup memimpin dunia selama hampir 10 abad dan banyak berkontribusi pada kemajuan jaman. Khilafah baru runtuh pada abad 20, alias belum berlalu satu abad,” ungkap Akmal.
Alumnus Program Pascasarjana Pendidikan dan Pemikiran Islam Univ. Ibn Khaldun Bogor ini membantah bahwa Islam menjadi sebab keterbelakangan dengan melakukan refleksi pada sejarah kemunculan Islam.
“Jazirah Arab sebelum Islam adalah wilayah yang terisolir dan disibukkan dengan berbagai persoalan kesukuan dan perpecahan antar kabilah yang justru merupakan penghambat peradaban. Tidak ada dunia yang memandangnya dan bahkan tidak tertarik untuk menduduki wilayahnya,” tuturnya.
Akmal menegaskan bahwa melalui kehadiran Islam-lah jazirah Arab yang sebelumnya terbelakang mampu bangkit menjadi peradaban agung berdasarkan landasan ilmu. Menurutnya, kondisi masyarakat Arab yang terkungkung bisa terangkat dan membuka diri melalui tradisi dan kecintaan terhadap ilmu yang diinspirasi oleh nilai-nilai yang bersumber dari Al-Qur’an.
“Al-Qur’an adalah satu-satunya bacaan ilmiah pada masa itu yang tidak pernah habis digali dan ditelaah sehingga terus menerus menginspirasi pemahaman baru dan mendorong perkembangan berbagai ilmu sehingga secara praktis mengakhiri dan menutup era jahiliyah,” ungkap Akmal yang saat ini sedang menempuh program doktoral di Universitas Indonesia (UI).
Kepala SPI Pusat dan peneliti INSISTS ini menjelaskan bahwa landasan ilmu yang menjadi sumber kebangkitan Islam berasal dari konsep Tauhid yang memposisikan Allah sebagai satu-satunya sumber dan sekaligus sebagai tujuan ilmu pengetahuan dan membuka kesadaran akan tujuan kehadiran manusia di muka bumi.
“Peradaban ilmu bermula dari Tauhid yang memberikan pengenalan akan jati diri manusia dan pengungkapan hakikat serta tujuan hidupnya di dunia. Pengenalan kepada Tuhan sebagai Al-‘Aliim telah mendorong jiwa setiap muslim untuk mencintai ilmu atau al-‘ilm. Peradaban berbasis ilmu inilah yang mampu berjaya dan memberikan pencerahan kepada dunia,” ungkap Akmal.
Dari peradaban ilmu inilah Islam berhasil mewarnai kemajuan di berbagai bidang seperti pendidikan, astronomi, engineering, kesehatan, eksplorasi dan sebagainya yang kemudian dicontoh oleh peradaban dunia setelah itu. Barat sendiri yang mengalami Era Kegelapan selama satu milenium, yaitu antara abad 5-15 M, juga berangsur-angsur bangkit dengan mengambil pelajaran dari peradaban Islam pada masanya.
Perkuliahan ini ditutup oleh Asep Rizal sebagai moderator dengan mengutip ayat Al-Qur’an yang mendorong peserta untuk beramal sebagaimana dilakukan para pendahulu dalam membangun peradaban agar kita tidak sekedar bernostalgia dengan kejayaan dan kemuliaan yang telah lampau, melainkan juga dapat merefleksikannya pada era sekarang.
“Tilka ummatun qad khalat lahaa maa kasabat walakum maa kasabtum... Itu adalah umat yang terdahulu; bagi mereka apa yang telah diusahakannya dengan segala pencapaiannya, dan bagi kamu; apa yang semestinya kamu kontribusikan saat ini agar dapat mengulang kembali kejayaan yang sama?” [islamedia/ali/abe]
Demikian disinggung Akmal Sjafril di dalam pembahasan materi “The Golden Age of Islam” pada perkuliahan ke-19 Sekolah Pemikiran Islam (SPI) Jakarta pada hari Rabu malam (11/10).
Dalam acara yang bertempat di Aula INSISTS Kalibata ini, Akmal mengawali dengan bantahan terhadap pernyataan bahwa peradaban Islam adalah sumber keterbelakangan.
“Ada yang mengatakan bahwa Islam itu adalah agama yang mengakibatkan keterbelakangan, padahal peradaban ini telah hidup memimpin dunia selama hampir 10 abad dan banyak berkontribusi pada kemajuan jaman. Khilafah baru runtuh pada abad 20, alias belum berlalu satu abad,” ungkap Akmal.
Alumnus Program Pascasarjana Pendidikan dan Pemikiran Islam Univ. Ibn Khaldun Bogor ini membantah bahwa Islam menjadi sebab keterbelakangan dengan melakukan refleksi pada sejarah kemunculan Islam.
“Jazirah Arab sebelum Islam adalah wilayah yang terisolir dan disibukkan dengan berbagai persoalan kesukuan dan perpecahan antar kabilah yang justru merupakan penghambat peradaban. Tidak ada dunia yang memandangnya dan bahkan tidak tertarik untuk menduduki wilayahnya,” tuturnya.
Akmal menegaskan bahwa melalui kehadiran Islam-lah jazirah Arab yang sebelumnya terbelakang mampu bangkit menjadi peradaban agung berdasarkan landasan ilmu. Menurutnya, kondisi masyarakat Arab yang terkungkung bisa terangkat dan membuka diri melalui tradisi dan kecintaan terhadap ilmu yang diinspirasi oleh nilai-nilai yang bersumber dari Al-Qur’an.
“Al-Qur’an adalah satu-satunya bacaan ilmiah pada masa itu yang tidak pernah habis digali dan ditelaah sehingga terus menerus menginspirasi pemahaman baru dan mendorong perkembangan berbagai ilmu sehingga secara praktis mengakhiri dan menutup era jahiliyah,” ungkap Akmal yang saat ini sedang menempuh program doktoral di Universitas Indonesia (UI).
Kepala SPI Pusat dan peneliti INSISTS ini menjelaskan bahwa landasan ilmu yang menjadi sumber kebangkitan Islam berasal dari konsep Tauhid yang memposisikan Allah sebagai satu-satunya sumber dan sekaligus sebagai tujuan ilmu pengetahuan dan membuka kesadaran akan tujuan kehadiran manusia di muka bumi.
“Peradaban ilmu bermula dari Tauhid yang memberikan pengenalan akan jati diri manusia dan pengungkapan hakikat serta tujuan hidupnya di dunia. Pengenalan kepada Tuhan sebagai Al-‘Aliim telah mendorong jiwa setiap muslim untuk mencintai ilmu atau al-‘ilm. Peradaban berbasis ilmu inilah yang mampu berjaya dan memberikan pencerahan kepada dunia,” ungkap Akmal.
Dari peradaban ilmu inilah Islam berhasil mewarnai kemajuan di berbagai bidang seperti pendidikan, astronomi, engineering, kesehatan, eksplorasi dan sebagainya yang kemudian dicontoh oleh peradaban dunia setelah itu. Barat sendiri yang mengalami Era Kegelapan selama satu milenium, yaitu antara abad 5-15 M, juga berangsur-angsur bangkit dengan mengambil pelajaran dari peradaban Islam pada masanya.
Perkuliahan ini ditutup oleh Asep Rizal sebagai moderator dengan mengutip ayat Al-Qur’an yang mendorong peserta untuk beramal sebagaimana dilakukan para pendahulu dalam membangun peradaban agar kita tidak sekedar bernostalgia dengan kejayaan dan kemuliaan yang telah lampau, melainkan juga dapat merefleksikannya pada era sekarang.
“Tilka ummatun qad khalat lahaa maa kasabat walakum maa kasabtum... Itu adalah umat yang terdahulu; bagi mereka apa yang telah diusahakannya dengan segala pencapaiannya, dan bagi kamu; apa yang semestinya kamu kontribusikan saat ini agar dapat mengulang kembali kejayaan yang sama?” [islamedia/ali/abe]
0 Response to "Islam Mencapai Kejayaannya Karena Ilmu"
Post a Comment