Gambar rumah sakit bantuan masyarakat Indonesia di Rakhine, Myanmar.
Pembangunan rumah sakit bantuan masyarakat Indonesia di negara bagian Rakhine, Myanmar, terus dilanjutkan, walaupun di wilayah itu terjadi kekerasan yang menyebabkan pengungsian besar-besaran warga Rohingya.
Rumah sakit itu dibangun atas inisiatif organisasi Medical Emergency Rescue Commitee (Mer-C) Indonesia, sejak lima tahun lalu, dan mendapat sokongan dana dari masyarakat, terutama dari umat Buddha di Indonesia
Dibangun di wilayah Mrak U, negara bagian Rakhine, pembangunan rumah sakit itu diharapkan dapat 'menjembatani' dua kelompok yang bertikai yaitu etnis Rakhine yang menganut Buddha dan etnis Rohingya yang umumnya beragama Islam, kata Mer-C.
Sekolah bantuan Indonesia di Rakhine 'baru dimanfaatkan' siswa Rohingya
Sekolah bantuan Indonesia diharapkan jadi titian perdamaian di Myanmar
Bangladesh hadapi tantangan besar tangani Rohingya, bantuan Indonesia sudah sampai
Lokasi pembangunan rumah sakit itu, menurut Mer-C, relatif jauh yaitu sekitar 100km dari wilayah konflik yang pecah pada pekan ketiga Agustus lalu, sehingga tidak menganggu proses pembangunannya.
"Di tempat itu tidak ada konflik, tapi sudah ada heterogenitas antara dua penduduk itu, etnis Rohingya banyak di sana, dan umat Buddha juga banyak di sana," kata Kepala divisi konstruksi Mer-C, Idrus Muhammad Alatas, Kamis (14/09) di Jakarta.
Pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Luar Negeri dan Palang Merah Indonesia (PMI), mendukung pembangunan rumah sakit ini karena sifatnya yang inklusif, melibatkan berbagai pihak, kata pejabat Kemenlu.
Adapun pemerintah Myanmar, sambung Idrus, sejak awal mendukung proyek pembangunan rumah sakit itu karena bertujuan untuk menyatukan dua kelompok.
"Mereka (Pemerintah Myanmar) tahu kepentingan kita, yaitu untuk menjembatani dua kelompok yang berpotensi pecah," kata Idrus.
Dana masyarakat Indonesia
Dana dari masyarakat Indonesia untuk membangun rumah sakit itu, sejauh ini, terus mengalir, termasuk sumbangan uang dari umat Buddha di Indonesia, melalui organisasi Walubi.
"Ini sepenuhnya kegiatan yang bersumber dari masyarakat Indonesia," kata pelaksana harian Ketua Umum Palang Merah Indonesia, PMI, Ginandjar Kartasasmita, di Jakarta, Kamis (14/09).
Awal September lalu, pembangunan rumah sakit itu sudah memasuki tahap kedua, yaitu pembangunan gedung tempat tinggal untuk dokter dan perawat, ungkap Mer-C. Ditahap pertama, mereka melakukan pengerasan dan pembuatan pagar.
"Kita rencanakan, (Oktober) bulan depan, Menlu akan datang untuk melakukan ground breaking," kata Presidium Mer-C, Sarbini Abdul Murad, Kamis di Jakarta.
Menurut Mer-C, pemerintah Myanmar sejak awal mendukung pembangunan rumah sakit bantuan masyarakat Indonesia, karena mereka 'menghormati' pemerintah dan rakyat Indonesia.
"Tidak bisa dipungkiri, suksesnya pembangunan rumah sakit ini tidak terlepas dari hubungan harmonis Indonesia dan Myanmar," ungkap Sarbini, menjawab pertanyaan BBC Indonesia.
Krisis Rohingya: Bertemu para biksu garis keras Myanmar
Dari Yangon: Bagaimana orang Myanmar memandang warga Rohingya?
Krisis Rohingya: Apa yang dipergoki wartawan BBC di desa-desa yang terbakar itu?
Pemerintah Indonesia, melalui kementerian luar negeri, sejak awal memberikan dukungan atas pembangunan rumah sakit, antara lain dengan memfasilitasinya dengan pemerintah Myanmar.
"Karena sebetulnya, segala mekanisne bantuan itu harus melalui pemerintah setempat. Sehingga pemerintah, dalam hal ini Kemenlu, bersama Kemenlu Myanmar, selalu berkomunikasi, dan membantu pelaksanaan perizinan, dll," ungkap Salman Al Farisi, staf ahli bidang kelembagaan Kementrian luar negeri Indonesia, Kamis (14/09).
Image caption
Pimpinan PMI, Mer-C dan Kemenlu saat menjelaskan perkembangan pembangunan rumah sakit bantuan Indonesia di Rakhine, Myanmar.
Pemerintah Indonesia, lanjutnya, turun tangan dalam pembangunan rumah sakit itu, karena meyakini keberadaannya kelak akan efektif untuk membantu rekonsiliasi pihak-pihak yang berkonflik.
"Karena rumah sakit adalah tempat pertemuan bagi komunitas yang berbeda-beda, yang memiliki kepentingan yang sama, yaitu tercapainya kondisi sehat," kata Salman.
Dana umat Buddha Indonesia
Dalam jumpa pers bersama di Kantor PMI, Jakarta, Kamis (14/09), hadir pula perwakilan organisasi yang menghimpun umat Buddha di Indonesia, Walubi. Mereka menghimbau umat Buddha di Indonesia untuk ikut menyumbangkan dana bagi pembangunan rumah sakit tersebut.
"Kami mengajak masyarakat dermawan agar tulus dan serius mengumpulkan bantuan kemanusiaan untuk mengurangi beban hidup umat Islam dalam kondisi saat ini di sana," kata Paulus Misjuwar, pegiat Walubi.
Sejauh ini, umat Buddha di Indonesia telah menyumbangkan uang sebesar US$1 juta atau sekitar Rp10 miliar untuk membiayai pembangunan rumah sakit di Myanmar tersebut, ungkap Pelaksana harian Ketua umum Palang Merah Indonesia, PMI, Ginandjar Kartasasmita.
"Dari US$1,9 juta yang dibutuhkan (untuk membangun rumah sakit), ada sumbangan US$1 juta dari masyarakat Buddha Indonesia, Walubi, yang sudah PMI terima," kata Ginandjar.
Menurutnya, bantuan uang dari umat Buddha di Indonesia ini merupakan contoh baik dalam kerukunan antar umat beragama di Indonesia.
"Karena bantuan yang kita kirimkan itu di wilayah yang penduduknya lebih banyak penduduk Muslim," katanya.
0 Response to "Umat Buddha Indonesia penyumbang terbesar pembangunan RS di Rakhine"
Post a Comment