Islamedia - Masa perkuliahan Sekolah Pemikiran Islam (SPI) Jakarta telah resmi dibuka kembali. Sekolah yang semula didirikan dengan nama Sekolah Pemikiran Islam #IndonesiaTanpaJIL (ITJ) pada tahun 2014 ini resmi memulai kuliah untuk Angkatan ke-7 di Jakarta pada hari Rabu, 6 Desember 2017.
Kelas perdana yang dipimpin oleh M. Fahim Ilmi selaku Kepala SPI Jakarta ini berlangsung sejak pukul 18.30 WIB dan bertempat di Aula Institute for the Study of Islamic Thought and Civilizations (INSISTS) di bilangan Kalibata, Jakarta Selatan.
“SPI merupakan respon intelektual untuk menghadapi tantangan pemikiran yang mendera umat muslim Indonesia di masa kini,” jelas Akmal Sjafril, Kepala SPI Pusat yang hadir sebagai pemberi materi.
Selain memaparkan visi-misi, sejarah, dan perubahan nama dari SPI ITJ menjadi SPI, Akmal yang juga Kordinator Pusat ITJ menjelaskan perubahan pada jumlah semester dan mata kuliahnya. Kesepuluh materi pilihan yang akan dipelajari di semester pertama adalah Kuliah Pendahuluan, Ghazwul Fikri, The Worldview of Islam, Jurnalistik Dasar, Tauhidullaah, Konsep Diin, Wahyu dan Kenabian, Diskusi Literasi, Masyarakat Jahiliyyah, dan Adab.
“Suasana kelas ramai dan berjalan sesuai ekspektasi kami. Ustadz Akmal juga menjabarkan segala hal tentang SPI dengan serius namun tetap santai,” jelas Taufik selaku pengurus SPI Jakarta ketika menggambarkan suasana kelas malam itu. “Dari 72 peserta yang lolos pendaftaran, hanya 8 peserta yang berhalangan hadir,” tambahnya lagi.
Muhammad Rizky Nur Kamrullah, salah seorang peserta kuliah, membagikan kesan-kesannya. “Seru juga Mas, karena memang menurut saya berbagai permasalahan di dunia Islam khususnya di ranah alam pemikiran adalah isu yang sebenarnya krusial namun kurang mendapat perhatian dari mayoritas pendakwah, khususnya di Indonesia,” ujarnya.
“Didukung dengan pemateri yang ahli dan otoritatif di bidangnya, saya sebagai peserta merasa optimis dan berharap dapat menambang ilmu dari sekolah ini sebagai bekal untuk memperjuangkan iman Islam, baik bagi pribadi saya sendiri maupun bagi saudara-saudara seiman yang lain di manapun mereka berada,” tambah Rizky yang juga mahasiswa S2 Hubungan Internasional di Universitas Indonesia (UI) ini.
Dalam dakwahnya, SPI juga mengemban misi sebagai kajian strategis yang memberi perubahan positif bagi generasi muda dan menjaga ukhuwah islamiyah dengan adab yang baik di antara para aktivis dakwah di Indonesia. [islamedia/abe/dimas]
Kelas perdana yang dipimpin oleh M. Fahim Ilmi selaku Kepala SPI Jakarta ini berlangsung sejak pukul 18.30 WIB dan bertempat di Aula Institute for the Study of Islamic Thought and Civilizations (INSISTS) di bilangan Kalibata, Jakarta Selatan.
“SPI merupakan respon intelektual untuk menghadapi tantangan pemikiran yang mendera umat muslim Indonesia di masa kini,” jelas Akmal Sjafril, Kepala SPI Pusat yang hadir sebagai pemberi materi.
Selain memaparkan visi-misi, sejarah, dan perubahan nama dari SPI ITJ menjadi SPI, Akmal yang juga Kordinator Pusat ITJ menjelaskan perubahan pada jumlah semester dan mata kuliahnya. Kesepuluh materi pilihan yang akan dipelajari di semester pertama adalah Kuliah Pendahuluan, Ghazwul Fikri, The Worldview of Islam, Jurnalistik Dasar, Tauhidullaah, Konsep Diin, Wahyu dan Kenabian, Diskusi Literasi, Masyarakat Jahiliyyah, dan Adab.
“Suasana kelas ramai dan berjalan sesuai ekspektasi kami. Ustadz Akmal juga menjabarkan segala hal tentang SPI dengan serius namun tetap santai,” jelas Taufik selaku pengurus SPI Jakarta ketika menggambarkan suasana kelas malam itu. “Dari 72 peserta yang lolos pendaftaran, hanya 8 peserta yang berhalangan hadir,” tambahnya lagi.
Muhammad Rizky Nur Kamrullah, salah seorang peserta kuliah, membagikan kesan-kesannya. “Seru juga Mas, karena memang menurut saya berbagai permasalahan di dunia Islam khususnya di ranah alam pemikiran adalah isu yang sebenarnya krusial namun kurang mendapat perhatian dari mayoritas pendakwah, khususnya di Indonesia,” ujarnya.
“Didukung dengan pemateri yang ahli dan otoritatif di bidangnya, saya sebagai peserta merasa optimis dan berharap dapat menambang ilmu dari sekolah ini sebagai bekal untuk memperjuangkan iman Islam, baik bagi pribadi saya sendiri maupun bagi saudara-saudara seiman yang lain di manapun mereka berada,” tambah Rizky yang juga mahasiswa S2 Hubungan Internasional di Universitas Indonesia (UI) ini.
Dalam dakwahnya, SPI juga mengemban misi sebagai kajian strategis yang memberi perubahan positif bagi generasi muda dan menjaga ukhuwah islamiyah dengan adab yang baik di antara para aktivis dakwah di Indonesia. [islamedia/abe/dimas]
0 Response to "Optimisme di Kelas Perdana SPI Jakarta"
Post a Comment